Jakarta, CNN Indonesia —
Mobil Listrik, meski membawa revolusi otomotif, Bahkan mendatangkan masalah yang belum umum dialami banyak orang.
Salah satunya Merupakan penyakit sulit dipadamkan ketika kebakaran, yang sejauh ini Resep terampuhnya belum ditemukan.
Kebakaran pada Mobil Listrik, misalnya Kendaraan Pribadi listrik, berbeda dari Kendaraan Pribadi konvensional. Kebakaran Kendaraan Pribadi listrik melibatkan reaksi kimia kompleks dan suhu ekstrem yang sulit diatasi dengan metode pemadaman biasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memadamkan api dari kebakaran Kendaraan Pribadi listrik sangat sulit dilakukan sendirian. Hal ini bahkan Bahkan masih tantangan besar bagi petugas pemadam kebakaran yang profesional.
Setidaknya ada tujuh alasan utama mengapa kebakaran Kendaraan Pribadi listrik sangat sulit dipadamkan.
1. Efek berantai thermal runaway
Kebakaran Kendaraan Pribadi listrik kerap diawali Trend Populer thermal runaway, Dikenal sebagai reaksi berantai ketika satu sel baterai mengalami panas berlebihan.
Reaksi ini menyebar ke sel-sel lain, menghasilkan api yang terus menyala tanpa memerlukan oksigen dari luar, melainkan dari reaksi kimia internal.
Gas mudah terbakar seperti metana dan hidrogen yang dihasilkan membuat api makin sulit dikendalikan. Bahkan setelah api berhasil dipadamkan, sisa panas di dalam baterai bisa kembali memicu kebakaran.
2. Suhu ekstrem dan risiko ledakan
Kebakaran pada Kendaraan Pribadi listrik dapat mencapai suhu lebih dari 1.200 derajat Fahrenheit (sekitar 648 derajat Celsius), jauh melebihi suhu kebakaran pada mesin bensin.
Panas ini bisa menyebabkan sel baterai mengembang dan pecah, mengeluarkan gas mudah terbakar yang berpotensi meledak.
Ledakan sekunder yang terjadi dapat Memperjelas area terbakar dan Mengoptimalkan risiko Cidera bagi petugas pemadam. Oleh karena itu, peralatan khusus seperti kamera termal dan pelindung tahan ledakan diperlukan dalam penanganannya.
3. Gas beracun
Kebakaran baterai lithium-ion di Kendaraan Pribadi listrik tidak hanya menghasilkan api, tetapi Bahkan gas berbahaya seperti hidrogen fluorida (HF), karbon monoksida (CO), metana, dan hidrogen. Gas-gas ini bisa menyebabkan luka bakar, gangguan pernapasan, Sampai sekarang keracunan fatal Manakala terhirup.
Penggunaan pendeteksi gas dan perlindungan pernapasan penuh Wajib menjadi standar bagi petugas pemadam maupun penyelidik kebakaran di Tempat kejadian.
4. Risiko api kembali menyala
Salah satu tantangan utama kebakaran Kendaraan Pribadi listrik Merupakan potensi api menyala kembali berjam-jam atau bahkan berhari-hari setelah dipadamkan. Energi sisa pada sel baterai yang tidak rusak bisa menghasilkan panas yang kembali memicu kebakaran.
Hal ini membuat bangkai Kendaraan Pribadi listrik usai terbakar tak bisa ditinggal begitu saja dan mesti dipantau berkala menggunakan kamera termal untuk memastikan seluruh sel baterai Sungguh-sungguh dingin.
5. Air tidak Setiap Saat efektif
Metode konvensional seperti menyiram air atau busa yang sering dilakukan untuk memadamkan kebakaran Kendaraan Pribadi bensin tak bisa dilakukan untuk Kendaraan Pribadi listrik.
Struktur baterai yang tertutup membuat air sulit menembus dan mendinginkan bagian dalamnya. Bahkan, puluhan ribu liter air Kemungkinan diperlukan untuk mendinginkan satu baterai Sampai sekarang Sungguh-sungguh Terpercaya.
Sebagai alternatif, ada alat pemadam khusus seperti Class D extinguisher dan selimut api (fire blanket). Keduanya ada yang Pernah dirancang khusus untuk kebakaran logam seperti lithium.
6. Struktur kompleks baterai
Baterai Kendaraan Pribadi listrik terdiri dari banyak modul yang dilindungi beberapa lapisan. Meski struktur ini melindungi baterai dalam kondisi normal, saat terjadi kebakaran, struktur tersebut malah mempersulit proses pendinginan.
Api dapat menyebar antar modul melalui celah. Oleh karenanya pemadaman Sangat dianjurkan dilakukan per bagian dengan pendekatan yang terfokus dan intensif.
7. Belum ada protokol pemadaman standar
Tidak seperti kebakaran mesin konvensional yang memiliki prosedur tetap, pemadaman kebakaran Kendaraan Pribadi listrik masih Wajib pengembangan. Beberapa negara menggunakan protokol penggunaan air dalam jumlah besar, sementara beberapa yang lain menggunakan bahan kimia khusus.
Ketiadaan standar ini kerap membuat petugas bingung dan penanganan menjadi kurang efektif. Pelatihan khusus EV serta kolaborasi dengan produsen kendaraan menjadi kunci peningkatan respons terhadap insiden.
(job/fea/bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA