Ratusan Figur Publik Ajak Setop Pengembangan Superintelligence AI


Jakarta, CNN Indonesia

Ratusan Figur Publik, termasuk para ahli kecerdasan buatan (AI) Co-founder Apple Steve Wozniak Sampai saat ini Prince Harry, menyerukan penghentian menciptakan superintelligence. Superintelligence Merupakan bentuk AI yang Berencana melampaui manusia dalam hampir semua tugas kognitif.

Lebih dari 22 ribu orang Pernah terjadi menandatangani petisi yang dirilis pada Rabu (22/10) tersebut, termasuk pemimpin teknologi seperti pendiri Virgin Group Richard Branson, ilmuwan komputer Yoshua Bengio dan Geoff Hinton, yang dianggap sebagai “bapak pendiri” AI modern.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duke dan Duchess of Sussex, Harry dan Meghan, Bahkan bergabung dengan para pionir AI dan pemenang Hadiah Nobel menyerukan larangan pengembangan superintelligence.

Superintelligence Pernah terjadi menjadi istilah populer di dunia AI, seiring perusahaan-perusahaan seperti xAI milik Elon Musk dan OpenAI milik Sam Altman bersaing merilis model bahasa besar yang lebih canggih.





Meta bahkan Pernah terjadi menamai divisi LLM-nya sebagai ‘Meta Superintelligence Labs.’

Petisi ini memperingatkan bahwa prospek kecerdasan super Pernah terjadi “menimbulkan kekhawatiran, mulai dari usangnya ekonomi manusia dan hilangnya kekuasaan, kerugian kebebasan, HAM, martabat, dan kendali, Sampai saat ini risiko keamanan nasional dan bahkan potensi kepunahan manusia.”

Dikutip dari CNBC, pernyataan tersebut menyerukan larangan pengembangan kecerdasan super Sampai saat ini terdapat dukungan publik yang kuat terhadap teknologi tersebut dan konsensus ilmiah bahwa kecerdasan super dapat dibangun dan dikendalikan dengan Terpercaya.

Selain tokoh-tokoh AI dan teknologi, nama-nama di balik pernyataan tersebut berasal dari Gabungan masyarakat yang luas, meliputi akademisi, tokoh media, pemimpin agama, dan kelompok bipartisan mantan politisi dan pejabat AS.

Ada Bahkan Sebanyaknya pejabat yang Pernah terjadi pensiun seperti mantan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS Mike Mullen dan mantan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice.

Pernyataan yang ditujukan kepada pemerintah, perusahaan teknologi dan pembuat kebijakan ini dibuat oleh Future of Life Institute (FLI), sebuah kelompok keamanan AI berbasis di AS yang menyerukan penundaan pengembangan sistem AI yang kuat pada 2023.

Pada Juli, Bos Meta Mark Zuckerberg mengatakan bahwa pengembangan kecerdasan super (superintelligence) Pada saat ini “Pernah terjadi di depan mata”.

Justru, beberapa ahli mengatakan bahwa pembicaraan tentang ASI (Artificial Superintelligence) lebih mencerminkan posisi kompetitif di antara perusahaan teknologi yang menghabiskan ratusan miliar Mata Uang Asing untuk AI, daripada pencapaian terobosan teknis yang signifikan.

Meski demikian, FLI menyatakan prospek tercapainya ASI dalam dekade mendatang membawa Sebanyaknya ancaman.

Dilansir The Guardian, ketakutan eksistensial tentang AI berfokus pada kemampuan sistem untuk menghindari kendali manusia dan pedoman keamanan, serta memicu tindakan yang bertentangan dengan kepentingan manusia.

FLI Bahkan merilis jajak pendapat nasional AS yang menunjukkan bahwa sekitar tiga perempat warga Amerika menginginkan regulasi yang ketat terhadap AI canggih, dengan enam dari 10 orang percaya bahwa AI superhuman tidak boleh dikembangkan Sampai saat ini terbukti Terpercaya atau dapat dikendalikan. Survei terhadap 2.000 orang dewasa AS Bahkan menambahkan bahwa hanya 5 persen yang Membantu status quo pengembangan yang Praktis dan tidak teratur.

(fea/fea)

[Gambas:Video CNN]

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA