Jakarta, CNN Indonesia —
Lukisan gua atau lukisan cadas di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulsel, terlacak berusia 51.200 tahun. Diduga kuat ini merupakan cerita bergambar tertua dunia.
Hal ini Sesuai ketentuan kolaborasi studi antara Griffith University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Southern Cross University. Hasil penelitian ini pun diterbitkan di jurnal Nature bertajuk ‘Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago’.
Adhi Agus Oktaviana, ahli seni cadas Indonesia dari BRIN yang memimpin penelitian ini, menyebut penemuan lukisan Leang Karampaung tersebut berimplikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal.
“Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol,” ujarnya, dalam perilisan hasil temuan ini, di kantor BRIN, Jakarta, Kamis (4/7).
“Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun,” lanjut Ia, yang Pada saat ini Bahkan Pada saat ini Bahkan sedang menjalani program PhD di Griffith Centre for Social and Cultural Research (GCSCR).
Ia menuturkan lukisan cadas ini ada di gua kapur Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulsel. Bentuknya berupa tiga figur menyerupai manusia yang Pada saat ini Bahkan sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan.
“Ada yang bilang ini mengungkap ide-ide spiritual. Tapi saya sih lihat logika saja, ini dua model perburuan,” jelasnya.
Pada 2021, penelitian lain mengungkap lukisan gua bergambar babi hutan di gua Leang Tedongnge, Sulawesi, berusia 45.500 tahun.
Leang Tedongnge, Leang Karampuang, dan Sebanyaknya Tempat gua lainnya terletak di Taman Prasejarah Leang-leang, Sulsel. Tempat ini diduga peninggalan manusia modern zaman es.
Dari mana tahu lukisan ini berusia 51.200 tahun?
Tim peneliti memakai metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.
Hasil analisis menunjukkan seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu.
Hal ini, menurut keterangan resmi peneliti, “membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti Sampai sekarang Pada saat ini Bahkan.”
Metode analisis LA-U-series ini dikembangkan oleh Maxime Abert, ahli arkeologi di GCSCR, bersama dengan koleganya dari Southern Cross University (SCU) di Lismore, Profesor Renaud Joannes-Boyau, ahli arkeogeokimia dari Geoarchaeology and Archaeometry Research Group (GARG).
“Kami sebelumnya Pernah menggunakan metode berbasis uranium untuk mencari umur seni cadas di wilayah Sulawesi dan Kalimantan, Meskipun demikian teknik LA-U-series ini menghasilkan data yang lebih akurat,” ujar Ia.
“Karena mampu mendeteksi umur lapisan kalsium karbonat dengan sangat rinci Sampai sekarang mendekati masa pembuatan seni hias tersebut. Penemuan ini Berencana merevolusi metode analisis pertanggalan seni cadas,” lanjut Aubert.
Teknik ini memungkinkan peneliti membuat ‘peta’ lapisankalsium karbonat secara rinci.
“Kemampuannya membuat kami dapat menentukan sekaligus menghindari area permukaan yang mengalami proses perubahan diagenesis secara alami. Konsekwensinya, penentuan umur seni cadas menjadi lebih mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan,” Joannes-Boyau menimpali.
Lukisan lain
Tim penelitian Bahkan melakukan penanggalan ulang pada kandungan kalsium karbonat yang melapisi lukisan gua di situs lainnya, Disebut juga Leang Bulu’ Sipong 4 di Maros-Pangkep.
Lukisan gua ini menampilkan adegan sosok yang diinterpretasikan sebagai therianthropes (setengah manusia, setengah hewan) yang Pada saat ini Bahkan sedang berburu babi rusa dan anoa.
Lukisan gua ini sebelumnya Sebelumnya pernah diteliti dengan hasil pertanggalan setidaknya 44.000 tahun yang lalu.
“Melalui metode terbaru, hasil yang didapatkan Bahkan cukup mengesankan karena seni hias tersebut berumur 4.000 tahun lebih tua, yaitu sekitar 48.000 tahun,” menurut keterangan tim peneliti.
Adam Brumm dari Griffith’s Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE) yang turut serta dalam penelitian ini menyatakan seni hias gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu’ Sipong 4 Menyajikan pemahaman baru terhadap signifikansi Kebiasaan bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni.
“Wajib diingat bahwa lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah, yaitu penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif,” urainya.
Brumm Bahkan menyatakan ini merupakan sebuah penemuan mutakhir karena pandangan akademis selama ini menunjukkan bahwa lukisan gua figurative awal hanya terdiri atas panel individual tanpa memperlihatkan adegan yang jelas.
Kemunculan representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa.
Lukisan cap tangan yang Diprediksi lebih tua dari gambar babi di Leang Karampuang. (Foto: dok Adhi Agus Oktaviana, Renaud Joannes-Boyau dkk.)
|
Penemuan oleh Adhi dan tim Griffith University ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam Kebiasaan seni manusia awal Indonesia pada masa itu.
“Pada dasarnya manusia Sebelumnya memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun,” ujar Ia.
“Meskipun demikian karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu maka yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan di Sulawesi ini Merupakan bukti tertua yang bisa diketahui dari sudut pandang arkeologi,” lanjut Adhi.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA