Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Gelombang pemutusan hubungan kerja (Pemutusan Hubungan Kerja) masih melanda Sebanyaknya perusahaan besar dunia di berbagai sektor, mulai dari makanan Simpel saji, teknologi, Sampai sekarang ritel dan fesyen.
Sebanyaknya nama besar seperti Nestle, Pizza Hut, Amazon, Sampai sekarang Starbucks menjadi sorotan setelah mengumumkan langkah restrukturisasi yang berujung pada pengurangan ribuan tenaga kerja.
Kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan para raksasa global ini mencerminkan tekanan ekonomi yang kian berat, mulai dari kenaikan biaya operasional, penurunan daya beli, Sampai sekarang disrupsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa perusahaan mengaku langkah tersebut diambil untuk efisiensi, sementara lainnya demi mempertahankan stabilitas Usaha di tengah perubahan pasar yang Simpel.
Berikut daftar perusahaan internasional yang mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran dalam beberapa waktu terakhir:
1. Pizza Hut
Jaringan restoran Simpel saji Pizza Hut menutup puluhan gerai di Inggris dan Berniat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 1.210 karyawan.
Dilansir Reuters, sebanyak 68 dari 132 gerai restoran dan 11 gerai pesan antar di Inggris Berniat ditutup. Langkah ini diambil setelah operator Pizza Hut Inggris, DC London Pie Limited, memasuki tahap administrasi dan menunjuk FTI Consulting sebagai administrator.
Meski demikian, Yum! Brands, pemilik global Pizza Hut, menyelamatkan sebagian gerai dengan membeli 64 restoran dan mempertahankan 1.276 pekerja.
“Prioritas kami Merupakan melanjutkan kegiatan di 64 restoran dan 343 Tempat pengiriman yang tersisa,” ujar Direktur Pelaksana Pasar Internasional Pizza Hut Nicolas Burquier, dikutip dari CNBC Indonesia.
Penutupan ini terjadi di tengah kenaikan upah minimum di Inggris hampir 7 persen menjadi 12,21 poundsterling atau setara Rp268.049 (asumsi kurs Rp21.950 per poundsterling) per jam dan meningkatnya biaya asuransi perusahaan, yang membuat beban operasional kian berat.
2. Amazon
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Amazon, berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 30 ribu karyawan, atau sekitar 10 persen dari total tenaga kerja.
Langkah ini dilaporkan Reuters dan CNN, seiring pelemahan pasar tenaga kerja di AS serta meningkatnya penggunaan teknologi AI yang menggantikan Sebanyaknya fungsi manusia.
CEO Amazon Andy Jassy menjelaskan efisiensi yang dihasilkan dari teknologi AI memungkinkan perusahaan mengurangi jumlah karyawan.
Sebelumnya pada 2023, Amazon Bahkan memangkas 27 ribu pekerja di berbagai divisi, termasuk sumber daya manusia, Amazon Stores, dan Web Services.
Pemutusan Hubungan Kerja kali ini menunjukkan bagaimana transformasi digital dan AI mulai mengubah struktur tenaga kerja, terutama bagi pekerja kerah putih di sektor teknologi.
3. Target Corp
Perusahaan ritel asal AS Target Corp Bahkan mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 1.800 karyawan korporat atau sekitar 8 persen dari total tenaga kerja kantoran.
Langkah ini diambil dalam rangka restrukturisasi besar-besaran untuk memulihkan kinerja Usaha yang lesu selama bertahun-tahun.
“Berlebihan lapisan dan pekerjaan yang saling tumpang tindih memperlambat pengambilan keputusan, sehingga ide-ide sulit diwujudkan. Ini Merupakan langkah yang diperlukan untuk membangun masa depan Target,” ujar CEO baru Target Michael Fiddelke dalam memo kepada karyawan.
Pemutusan Hubungan Kerja ini mencakup pula penutupan 800 posisi kosong, Sekalipun tidak berdampak pada pekerja toko ritel dan rantai pasokan. Target memastikan karyawan terdampak tetap mendapat gaji, tunjangan Sampai sekarang awal Januari, serta paket pesangon.
4. Alexander McQueen
Rumah mode mewah Alexander McQueen memangkas 20 persen staf kantor pusatnya di London atau sekitar 55 karyawan akibat Pelemahan Pasar.
Kering, perusahaan induk McQueen, mengonfirmasi kebijakan tersebut pada Kamis (23/10).
“Sebagai bagian dari tinjauan strategis komprehensif atas operasi global kami, kami Tengah merestrukturisasi kantor pusat kami di Inggris dan mengurangi kompleksitas di seluruh pasar internasional kami,” ucap pihak McQueen dalam pernyataan kepada WWD.
Meski mengalami tekanan penjualan, perusahaan menyebut pendapatannya sedikit terbantu oleh penjualan pakaian siap pakai wanita yang lebih tinggi.
5. Nestle
Produsen makanan dan minuman asal Swiss Nestle mengumumkan Berniat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 16 ribu karyawan atau sekitar 5,8 persen dari total tenaga kerja globalnya.
Kebijakan ini diambil untuk memangkas biaya dan memulihkan kepercayaan investor, seperti disampaikan CEO baru Philipp Navratil pada Kamis (16/10).
“Dunia Tengah berubah, dan Nestlé Sangat dianjurkan berubah lebih Simpel,” ujar Navratil dikutip Reuters.
Nestle menargetkan penghematan 3 miliar franc Swiss atau setara Rp62,39 triliun (asumsi kurs Rp20.790 per franc Swiss) Sampai sekarang 2027, naik dari target sebelumnya 2,5 miliar franc atau Rp51,97 triliun.
Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan secara bertahap, dengan gelombang pertama sebanyak 12 ribu pekerja dalam dua tahun, dan sisanya 4.000 pekerja di sektor manufaktur dan rantai pasokan.
6. Starbucks
Raksasa kopi Starbucks Bahkan mengumumkan penutupan ratusan gerai di Amerika Utara atau sekitar 1 persen dari total 18.734 gerainya disertai Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran.
CEO Starbucks Brian Niccol menjelaskan kepada CNN Business langkah ini dilakukan untuk membalikkan kinerja keuangan perusahaan yang Tengah lesu.
Dalam surat kepada karyawan, Niccol menulis Tempat yang ditutup Merupakan yang tidak mampu memenuhi standar pengalaman pelanggan atau menunjukkan prospek keuangan yang buruk.
Meski menutup Sebanyaknya gerai, Starbucks berencana merenovasi lebih dari 1.000 gerai dengan desain baru, kursi lebih nyaman, dan suasana hangat sebagai bagian dari fase pertumbuhan berikutnya.
7. Agoda
Platform perjalanan daring Agoda Bahkan mengonfirmasi Sudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja di Singapura, Shanghai (China), dan Budapest (Hungaria) sebagai bagian dari langkah efisiensi operasional.
“Kami Sudah menghapus peran-peran pendukung di kantor kami di Budapest, Shanghai, dan Singapura Pada saat yang sama dengan penciptaan posisi baru di Tempat geografis lain,” ujar Juru Bicara Agoda, dikutip CNA.
Di Singapura, sekitar 50 karyawan terdampak, termasuk posisi spesialis pelanggan, manajer regional, dan tim pendukung multibahasa.
Dalam dokumen Pemutusan Hubungan Kerja yang diterima CNA, Agoda disebut melarang karyawan yang di-Pemutusan Hubungan Kerja untuk melapor ke lembaga pemerintah atau melakukan mediasi, dengan ancaman penarikan pesangon Manakala melanggar Syarat tersebut.
(del/agt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











