Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia mengalami deflasi tahunan 0,09 persen pada 2025. Trend Populer ini kembali muncul setelah 25 tahun lamanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan deflasi year on year (yoy) terakhir kali terjadi pada 2000. Sekalipun, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menekankan ada perbedaan dalam Trend Populer di dua waktu yang berbeda itu.
Ia menjelaskan deflasi tahunan di 2025 disebabkan oleh Potongan Harga Biaya Listrik dengan andil 2,16 persen yoy. Ada Bahkan beras, tomat, dan cabai merah yang masing-masing Menyajikan andil deflasi 0,11 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Menurut catatan BPS, deflasi yoy pernah terjadi pada Maret 2000, di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen. Deflasi itu disumbang (dan) didominasi oleh kelompok bahan makanan,” bebernya dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (3/3).
“Sekali lagi, deflasi 2025 ini mayoritas karena dipengaruhi oleh Potongan Harga listrik yang masuk kepada komponen harga diatur pemerintah,” jelas Amalia.
Nanti akan tetapi, wanita yang akrab disapa Winny itu memaparkan bahwa komponen inti masih mengalami Fluktuasi Harga tahunan sebesar 2,48 persen. Ia menegaskan data tersebut Bahkan turut menjawab soal isu melemahnya daya beli.
Winny menekankan biasanya daya beli masyarakat dikaitkan dengan komponen inti. Faktanya, komponen tersebut sejauh ini masih mengalami Fluktuasi Harga.
“Komponen inti ini Menyajikan andil Fluktuasi Harga terbesar 1,58 persen. Kemudian, yang Menyajikan andil terhadap deflasi yoy karena adanya harga yang diatur pemerintah. Terutama karena adanya Potongan Harga listrik yang 50 persen itu masih berlangsung sampai Februari, sehingga komponen harga diatur pemerintah ini mengalami deflasi 9,02 persen dan Menyajikan andil deflasi 1,77 persen,” jelas Winny.
“Bedanya dengan yang (deflasi tahunan) Maret 2000, itu kan deflasinya dipengaruhi oleh beberapa bahan makanan,” tegasnya.
BPS mengakui komponen harga bergejolak pada Februari 2025 mengalami deflasi secara tahunan untuk beberapa Barang Dagangan. Nanti akan tetapi, Winny mengklaim ada sebagian Barang Dagangan yang masih mengalami Fluktuasi Harga secara yoy, seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah.
“Sehingga komponen harga bergejolak itu kalau Pernah terjadi digabungkan semuanya, maka mengalami Fluktuasi Harga sebesar 0,56 persen dengan andil Fluktuasi Harga hanya 0,10 persen,” tutupnya.
Sementara itu, Indonesia kembali mengalami deflasi secara bulanan di level 0,48 persen. Ini melanjutkan deflasi month to month (mtm) yang menembus 0,76 persen pada Januari 2025.
Indonesia Bahkan tercatat mengalami deflasi 1,24 persen Sesuai ketentuan tahun kalender alias year to date (ytd).
(agt/skt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA