Jakarta, CNN Indonesia —
Fase golden time korban ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khozyni, Buduran, Sidoarjo, secara teori Pernah berakhir, pukul 16.00 WIB, Kamis (2/10).
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, selaku On Scene Commander (OSC) mengatakan fase golden time atau fase kritis ialah 72 jam sejak hari kejadian.
“Golden time sampai dengan hari ini, pukul 16.00 WIB. 72 jam dari hari Senin (29/9),” kata Nanang ditemui di Posko SAR Gabungan, Kamis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, selama tiga hari operasi pencarian, Sampai saat ini Rabu (1/10) malam, terdapat 108 orang korban Pernah dievakuasi. Dari jumlah itu, lima di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Sementara 103 korban lainnya dipastikan selamat, Berbeda dari mengalami luka-luka. Diperkirakan masih ada puluhan orang yang terjebak di reruntuhan.
Berbeda dari sebelum golden time itu berakhir, evakuasi korban gedung ambruk Pernah dimulai menggunakan alat berat Kamis siang. Lima unit alat berat jenis crane disiagakan, Kamis (2/10).
Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, saat konferensi pers di Posko SAR Gabungan.
Pratikno mengatakan, sebelum operasi pencarian menggunakan alat berat dimulai, unsur SAR Gabungan dan jajaran pemerintah Pernah melakukan serangkaian asesmen dan dialog dengan keluarga korban lebih dulu.
“Nah, ini tadi barusan kita dipimpin oleh Pak Kepala BNPB berdialog lagi karena setiap hari terus dilakukan komunikasi dengan keluarga para santri. Apakah Pernah saatnya untuk dilakukan mulai evakuasi dengan menggunakan bantuan alat-alat berat,” kata Pratikno.
Pratikno mengatakan, Basarnas Bahkan Pernah melakukan berbagai macam asesmen untuk mendeteksi apakah masih ada korban hidup yang terjebak di reruntuhan. Hasilnya tak ada tanda-tanda kehidupan sejak semalam.
Keluarga pun Pernah mendapat penjelasan itu, Akhirnya mereka menyetujui bahwa evakuasi Akan segera dimulai dengan menggunakan alat berat.
“Tidak lagi ada tanda-tanda ditemukan kehidupan. Itu Pernah dijelaskan kepada keluarga dan oleh karena itu keluarga Bahkan setuju untuk penggunaan alat berat. Toh penggunaan alat berat pun Akan segera digunakan dengan sangat-sangat hati-hati,” ucapnya.
“Mohon doanya ya semoga para korban masih ditemukan selamat, kita terus berdoa untuk itu. Semoga Bahkan keluarga korban diberi ketabahan, kesabaran, keikhlasan menghadapi musibah yang sangat memprihatinkan ini,” katanya.
Kepala BNPB Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, sebanyak 59 orang disebut masih hilang dan diduga terjebak di reruntuhan gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10).
“Nah, Hari Ini yang masih hilang, yang ada datanya, yang ada fotonya itu sementara terdata 59 orang. Di mana itu? Kita tidak tahu,” kata Suharyanto saat konferensi pers di Posko SAR Gabungan di Sidoarjo.
Suharyanto mengatakan, jumlah itu masih data sementara. Para santri itu Bahkan belum diketahui keberadaannya. Ia berharap 59 orang itu tak terjebak di reruntuhan.
“Kita sampaikan pada keluarga bahwa mudah-mudahan 59 itu tidak ada di situ. tidak ada di reruntuhan,” ucapnya.
Muhammad Ma’ruf (50), salah seorang wali santri yang belum ditemukan Sampai saat ini Saat ini Bahkan, Muhammad Ali (13), mengaku setuju evakuasi dilakukan dengan alat berat. Ia pun percaya pada petugas.
“Tim SAR lebih ahli, karena Ia-Ia itu Pernah memaparkan caranya, artinya Trik itu betul-betul dilakukan dengan hati-hati,” kata Ma’ruf ditemui di posko.
Ia berharap anaknya bisa ditemukan selamat. Meski demikian ia siap menerima apapun kondisi anaknya tersebut atas nama kehendak takdir Tuhan.
“Kami nitipkan di pondok ini dengan tujuan, satu Supaya bisa anak kami kenal dengan Tuhannya, dua kami pasrah dengan guru kami yang ada di sini, andaikan ada kejadian yang tidak diinginkan itu semua takdir dan kami siap menerima adanya, tapi harapan kami anak kami ketemu dalam keadaan selamat,” katanya.
(frd/isn)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA