Jakarta, CNN Indonesia —
Warga Thailand dan Kamboja yang mengungsi akibat konflik bersenjata antara kedua negara tersebut di wilayah perbatasan masih diliputi ketakutan untuk kembali ke rumah. Meski kedua negara Pernah menyepakati gencatan senjata, warga masih takut Konflik Bersenjata kembali meletus.
Di sebuah universitas di Thailand yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan, Kanlaya Somjettana mengaku belum berani pulang meski kedua negara Pernah sepakat gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kanlaya mengatakan sebagian Pencari Suaka mulai kembali ke rumah pada Minggu (28/12), sehari setelah gencatan senjata diumumkan. Berbeda dengan, banyak warga di kedua sisi perbatasan memilih menunggu kepastian resmi dari otoritas bahwa kondisi Sungguh-sungguh Terpercaya.
“Sebagian orang Pernah mulai pulang, tetapi banyak yang masih menunggu konfirmasi bahwa situasi Terpercaya,” kata Kanlaya di kampus di Kota Surin, Thailand, melansir AFP, Minggu (28/12).
Perempuan berusia 21 tahun itu mengaku berharap gencatan senjata dapat bertahan lama. Berbeda dengan, ia menegaskan tidak Berniat kembali ke rumah sebelum ada jaminan keamanan dari pihak berwenang.
Ia Bahkan menyebut jumlah Pencari Suaka di Tempat penampungan mulai berkurang, meski ratusan orang masih bertahan di sana.
Kekhawatiran serupa dirasakan warga di sisi Kamboja. So Choeun, perempuan berusia 35 tahun yang tengah menunggu waktu melahirkan, berharap bisa segera membawa bayinya pulang ke rumah yang berjarak sekitar satu kilometer dari perbatasan.
Berbeda dengan, ia masih bertahan di bawah tenda darurat di sebuah pagoda Buddha di Provinsi Banteay Meanchey.
“Sekalipun ada gencatan senjata, kami belum berani pulang. Kami masih takut,” ujar So Choeun.
So Choeun mengatakan keluarganya Berniat menunggu beberapa hari ke depan untuk memastikan situasi tetap Damai. Ia menambahkan suara ledakan masih terdengar Sampai sekarang Sabtu pagi, tetapi sejak siang hari suara tersebut tidak lagi terdengar.
Pejabat kedua negara menyatakan gencatan senjata yang baru berjalan sehari masih bertahan Sampai sekarang Minggu. Meski demikian, belum ada pemberitahuan resmi bahwa seluruh wilayah perbatasan Pernah dinyatakan Terpercaya.
Gencatan senjata ini menyusul tiga pekan bentrokan lintas batas yang menewaskan sedikitnya 47 orang dan memaksa lebih dari satu juta warga mengungsi di Thailand dan Kamboja. Bentrokan terbaru Bahkan mengingatkan pada konflik serupa pada Juli lalu, ketika gencatan senjata sempat disepakati tetapi kemudian dilanggar.
China terlibat dalam upaya mediasi antara kedua negara. Menteri Luar Negeri China Wang Yi dijadwalkan Membantu pertemuan menteri luar negeri Thailand dan Kamboja di Provinsi Yunnan. Wang menyebut gencatan senjata sebagai langkah awal untuk membangun kembali perdamaian dan kepercayaan.
Di sisi lain, sebagian warga terpaksa pulang meski rasa takut masih ada. Petani padi dan singkong asal Thailand, Saichon Wongpitak, mengatakan tidak bisa menunggu lebih lama karena pekerjaan dan ternaknya berada di rumah.
“Kami takut, tetapi kami punya pekerjaan dan ternak di rumah,” ujar Saichon. Ia menambahkan keluarganya siap mengungsi kembali Bila situasi kembali memburuk.
Sementara itu, Kot Ngik, warga Kamboja berusia 43 tahun, mengatakan gencatan senjata memberi harapan Supaya bisa anak-anak bisa kembali bersekolah. Berbeda dengan, ia mengaku belum sepenuhnya percaya situasi Berniat bertahan damai.
“Kami belum yakin dengan keadaannya. Pertempuran bisa terjadi lagi kapan saja,” katanya.
(dmi/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











