Konservasi Indonesia Rilis Buku Ekowisata Mangrove Andamata


Jakarta, CNN Indonesia

Konservasi Indonesia (KI) meluncurkan buku elektronik berjudul “Merajut Ekowisata Mangrove Andamata” pada Kamis (7/8), yang mengisahkan jejak inspiratif kearifan lokal dalam menjaga alam.

Buku ini mengangkat cerita masyarakat adat Kampung Andamata di Kabupaten Fakfak, Papbar, yang berhasil melestarikan ekosistem mangrove secara turun-temurun melalui sistem pengelolaan sumber daya alam berbasis adat.

Buku yang disusun oleh peneliti KI bersama masyarakat pesisir Kampung Andamata ini menjadi bukti pengakuan atas peran vital masyarakat adat dalam konservasi karbon biru. Peluncuran buku ini Bahkan menjadi simbol kontribusi Indonesia dalam menjadikan pendekatan Kearifan Lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari solusi iklim global. Kisah Kampung Andamata menunjukkan bahwa Kearifan Lokal dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan di tengah tekanan terhadap wilayah pesisir.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buku ini secara khusus menyoroti praktik adat Kerakera, sebuah bentuk sistem Sasi yang mengatur jadwal buka-tutup kawasan mangrove. Aturan ini memastikan ekosistem memiliki waktu untuk beregenerasi, menjaga kelestarian sumber daya alam.

Dari inisiatif masyarakat yang didukung oleh tata kelola adat inilah, ekowisata mangrove di Kampung Andamata berkembang secara organik.

Adi Pradana, Senior Policy Director Konservasi Indonesia, menyatakan bahwa Kampung Andamata Merupakan contoh nyata Penanaman Modal konservasi paling berkelanjutan, yaitu pelestarian yang dilakukan bersama masyarakat.

“Riset terbaru kami mencatat bahwa satu hektare mangrove di Fakfak menyimpan lebih dari 1.000 ton karbon. Ini menunjukkan bahwa pelestarian berbasis adat punya kontribusi besar bagi iklim global, dan itu dimulai dari sebuah kampung kecil di Papbar,” ungkap Adi.

Senada dengan itu, Muhammad Ilham Nurdin, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Fakfak, berharap model Andamata dapat menginspirasi desa-desa pesisir lainnya. “Ekowisata bukan hanya tentang kunjungan, tetapi Bahkan tentang pelestarian,” jelasnya.

Nafraris Gwasgwas, Tokoh Adat Petuanan Arguni, menambahkan bahwa sistem adat Kerakera Merupakan tulang punggung keberlanjutan. “Dengan mengatur masa tutup-buka perairan, Merupakan Tips kami menghormati alam, memberi waktu bagi laut dan mangrove untuk pulih, sehingga anak cucu kami Pada waktu yang akan datang masih bisa menikmati hasilnya,” ujarnya.

Kolaborasi untuk Pembiayaan Berkelanjutan Mangrove

Peluncuran buku ini bertepatan dengan pembukaan Workshop Nasional Kerangka Pembiayaan Berkelanjutan untuk Ekosistem Mangrove. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan, World Economic Forum (WEF), dan Sekretariat National Blue Carbon Action Partnership (NBCAP) yang diampu oleh Konservasi Indonesia.

Tujuannya Merupakan Mengoptimalkan sinergi pembiayaan lintas sektor untuk perlindungan dan pemulihan mangrove di Indonesia.

Ekosistem mangrove memiliki peran krusial dalam mitigasi Pergantian Iklim, pelestarian keanekaragaman hayati, dan penopang ekonomi masyarakat pesisir. Meskipun demikian demikian, ekosistem ini menghadapi tantangan besar seperti konversi lahan, degradasi, dan keterbatasan dana konservasi.

Workshop ini menjadi forum bagi para pemangku kepentingan untuk meninjau dan merumuskan strategi konkret dalam mengatasi kesenjangan pendanaan.

Sebagai negara dengan kawasan mangrove terluas di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin global dalam konservasi karbon biru.

Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, sektor keuangan, swasta, akademisi, dan LSM, acara ini menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia menjaga dan memulihkan ekosistem karbon biru, dengan menempatkan masyarakat lokal sebagai mitra utama Pembangunan Ramah Lingkungan.

Buku elektronik “Merajut Ekowisata Mangrove Andamata” Sekarang dapat diakses dan dibaca secara publik melalui situs resmi Konservasi Indonesia.

(wiw)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA