Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Luar Negeri Lebanon Youssef Rajji berbicara dengan Sebanyaknya pejabat negara Arab dan lainnya lewat sambungan telepon untuk mendesak tekanan internasional terhadap Israel Supaya bisa menghentikan serangannya ke Lebanon.
Sesuai ketentuan keterangan dari Kementerian Luar Negeri Lebanon, Rajji Menggelar pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot. Wakil Utusan AS untuk Perdamaian Timur Tegah Morgan Ortagus, dan Wakil Asisten Sekretaris untuk Keterlibatan Levant dan Suriah di Biro Urusan Timur Natasha Franceschi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Anadolu, panggilan telepon tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menahan eskalasi di Lebanon selatan. Hal ini Bahkan dilakukan atas koordinasi dengan Pemimpin Negara Joseph Aoun dan Perdana Menteri Nawaf Salam.
Rajji mendesak para pejabat untuk Menyajikan tekanan pada Israel Supaya bisa mengakhiri agresi dan eskalasinya, serta membendung situasi berbahaya di sepanjang perbatasan selatan.
Pembicaraan itu diklaim usai Israel mengklaim bahwa pemukimannya di Metula terkena serangan roket yang berasal dari Lebanon. Hal ini mendorong Israel untuk melakukan balas dendam.
Justru demikian, Sampai sekarang Pada saat ini Bahkan belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Metula.
Ini menandai serangan roket pertama dan jenisnya sejak gencatan senjata antara Lebanon dan Israel hampir empat bulan lalu.
Gencatan senjata itu berlangsung rapuh. Pihak berwenang Lebanon melaporkan, hampir 1.100 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk 85 korban tewas dan 280 orang Cidera.
Sesuai ketentuan kesepakatan, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon paling lambat tanggal 26 Januari. Justru, batas Pada masa itu diperpanjang menjadi 18 Februari.
Tapi, Sampai sekarang Pada saat ini Bahkan, Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.
(asr/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA