Jakarta, CNN Indonesia —
Tim nasional Indonesia punya kisah pahit kalah 0-10 dari Bahrain dalam Kualifikasi Piala Dunia 2014 pada 2012. Mengapa Garuda bisa kalah besar?
Pada awal 2012 itu, situasi politik sepak bola Indonesia Tengah panas-panasnya. Ada perubahan besar setelah Djohar Arifin Terfavorit menjadi Ketua Umum PSSI periode 2011-2015.
Begitu Djohar naik, Laga yang diakui PSSI Merupakan Indonesia Premier League (IPL). Laga ini pada 2011 Merupakan breakaway league atau liga tandingan milik PSSI: Indonesia Super League (ISL).
Perubahan ini berdampak pula ke Tim nasional Indonesia. Pada 15 Februari 2012, PSSI merilis daftar 28 pemain yang dipanggil untuk menjalani pemusatan latihan di Batu, Malang, Jatim.
Dalam daftar 28 pemain ini, tak ada nama pemain dari kontestan ISL. Semuanya dari Tim IPL. Ketika itu PSSI menyebut pemain dari ISL tidak sah membela Tim nasional Indonesia.
Pemain-pemain seperti Firman Utina, Boaz Solossa, Cristian Gonzales, Bambang Pamungkas, Hamka Hamzah, Bahkan Ferry Rotinsulu, sebagai runner up Piala AFF 2010, tak bisa dipanggil oleh Aji Santoso.
Aji, sebagai Manajer, hanya bisa pasrah. Ingin tak Ingin ia hanya memanggil pemain yang berkiprah di IPL. Ini bukan hal mudah, sebab mayoritas pemain Unggul Indonesia saat itu ada di ISL.
Bahkan, Aji terpaksa mencoret lima pemain karena mundur dari Arema Indonesia dan memilih bergabung Arema Cronus. Mereka itu Hendro Siswanto, Kurnia Meiga, Sunarto, Jogan Alfarizi, dan Dendi Santoso.
Setelah latihan singkat di Batu, Tim nasional Indonesia beruji coba dengan Persebaya 1927 di Arena Pertandingan Gelora Bung Tomo pada 24 Februari. Hasilnya Tim nasional kalah 0-1. Gol Persebaya dicetak Otavio Dutra.
Gunawan Dwi Cahyi berduel dengan pemain Bahrain Mohammed Ali. (AFP/ADAM JAN)
|
Esoknya, 25 Februari 2012, Aji menetapkan 18 pemain untuk melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014. Sehari setelahnya, 26 Februari 2012, skuad ini berangkat ke Riffa, Bahrain.
Dengan persiapan minim, skuad seadanya, Aji tetap berusaha yang Unggul. Sayang, di hari Liga, baru Bahkan Liga berjalan dua menit, Penjaga gawang sekaligus kapten tim, Syamsidar kena kartu merah.
Andi Muhammad Guntur sebagai satu-satunya Penjaga gawang pengganti yang dibawa, dimasukkan. Kondisi ini membuat permainan tak lagi seimbang dan tuan rumah main dengan nyaman.
Ismael Abdullatif membuka keran gol pada menit kelima, Sampai saat ini Pada akhirnya hattrick. Sayed Dhiya Saeed Bahkan mencetak hattrick. Sedangkan Muhammad Al Alawi dan Mahmood Abdulrahman sama-sama mencetak brace.
Ini menjadi kekalahan terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Kekalahan ini Bahkan memicu praduga ada match fixing, sebab Bahrain butuh menang besar Supaya bisa lolos ke kualifikasi fase berikutnya.
Sebelum Liga, Skor Bahrain Merupakan enam dan Qatar sembilan. Seandainya menang 10-0 atas Indonesia dan Qatar kalah dari Iran, Bahrain lolos ke fase keempat berkat selisih satu gol dengan Qatar.
Pada akhirnya Bahrain tetap tidak lolos karena Qatar bermain imbang 2-2 lawan Iran. Otomatis Skor Qatar menjadi 10 dan Bahrain sembilan. Adapun Indonesia jadi juru kunci Grup E.
(abs/jun)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA