Jakarta, CNN Indonesia —
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak Supaya bisa para pemimpin negara dengan perekonomian besar di dunia untuk Membantu upaya pendanaan iklim global.
Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Pergantian Iklim Simon Stiell, dalam sebuah surat kepada para pemimpin yang Nanti akan hadir dalam pertemuan G20 pekan depan di Brasil untuk Menyajikan sinyal pendanaan iklim global.
Permintaan ini muncul ketika para negosiator di konferensi COP29 di Baku, Azerbaijan, berjuang dalam Perundingan mereka untuk mendapatkan kesepakatan yang dimaksudkan untuk Memanfaatkan dana guna mengatasi dampak pemanasan global yang semakin parah.
“Agenda pertemuan minggu depan Dianjurkan mengirimkan sinyal global yang jelas,” kata Stiell dalam suratnya, mengutip Reuters, Sabtu (16/11).
Ia mengatakan sinyal tersebut seharusnya Membantu peningkatan hibah dan pinjaman, bersama dengan keringanan utang, sehingga negara-negara yang rentan. “tidak terbebani oleh biaya pembayaran utang yang membuat tindakan iklim yang lebih berani menjadi tidak Bisa jadi”.
Para pemimpin Usaha menggemakan permohonan Stiell, dan mengatakan bahwa mereka prihatin dengan kurangnya kemajuan dan fokus di Baku.
“Kami menyerukan kepada para pemerintah, yang dipimpin oleh G20, untuk memanfaatkan momen ini dan Menyajikan kebijakan untuk mempercepat peralihan dari bahan bakar fosil ke masa depan energi bersih, untuk membuka Penanaman Modal sektor swasta yang diperlukan,” kata Gabungan kelompok Usaha, termasuk We Mean Business Coalition, United Nations Global Compact, dan Dewan Brasil untuk Pembangunan Ramah Lingkungan, dalam surat terpisah.
Keberhasilan dalam KTT iklim PBB tahun ini bergantung pada apakah negara-negara dapat menyepakati target pendanaan baru bagi negara-negara kaya, pemberi pinjaman pembangunan dan sektor swasta untuk memenuhi target tersebut setiap tahunnya.
Para ekonom, dalam COP29 kali ini, mengatakan bahwa egara-negara berkembang membutuhkan setidaknya US$1 triliun per tahun pada akhir dekade ini untuk mengatasi Pergantian Iklim.
Sekalipun demikian, proses Perundingan berjalan alot dan tak ada kemajuan berarti dalam prosesnya di COP29. Sebuah rancangan teks kesepakatan, yang pada awal minggu ini terdiri dari 33 halaman dan terdiri dari lusinan opsi yang luas, Pernah terjadi dipangkas menjadi 25 halaman pada hari Sabtu.
Utusan iklim Swedia, Mattias Frumerie, mengatakan Perundingan pendanaan masih belum menyelesaikan isu-isu terberat: seberapa besar target yang Dianjurkan dicapai, atau negara mana saja yang Dianjurkan membayar.
“Perbedaan yang kita lihat dalam pertemuan ini masih ada, yang menyisakan cukup banyak pekerjaan untuk para menteri minggu depan,” katanya, mengutip Reuters.
Para negosiator Eropa mengatakan negara-negara penghasil minyak besar termasuk Arab Saudi Bahkan menghalangi diskusi mengenai bagaimana meneruskan kesepakatan KTT COP28 tahun lalu untuk mengalihkan dunia dari bahan bakar fosil.
Pemerintah Arab Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Seorang negosiator Eropa mengatakan kemajuan dalam isu ini sejauh ini sangat buruk.
Menteri Energi Uganda, Ruth Nankabirwa, mengatakan prioritas negaranya Merupakan untuk meninggalkan COP29 dengan sebuah kesepakatan mengenai pembiayaan yang Murah untuk proyek-proyek energi bersih.
“Ketika Anda melihat sekeliling dan Anda tidak memiliki uang, maka kita terus bertanya-tanya apakah kita Nanti akan pernah menjalani perjalanan transisi energi yang sesungguhnya,” katanya.
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA