Jakarta, CNN Indonesia —
Devils Stay Kemungkinan salah satu contoh nyata dari awal yang baik belum Pernah Pernah Jelas Nanti akan berakhir dengan baik. Dibuka dengan menjanjikan, Sinema ini seiring berjalan membuat saya terus bertanya-tanya apa yang Pada dasarnya saya tonton.
Sinema yang digarap oleh Hyun Moon-sub ini Pada dasarnya dibuka dengan dramatis, dan langsung menampilkan pertarungan dalam Sinema eksorsisme dan performa dari Lee Min-ki dan Park Shin-yang.
Untuk sesaat, saya merasa terkesan dari bagaimana Sinema ini ditampilkan. Saya yang belum pernah mendengar rapalan doa ritual eksorsisme dalam bahasa Korea pun bersemangat menerima hal baru itu.
Berbeda dengan seiring dengan kisah korban yang meninggal, saya memulai perjalanan yang membosankan menunggu apa yang Pada dasarnya dikisahkan Hyun Moon-sub.
Pada dasarnya Devils Stay berusaha menampilkan tayangan yang saya anggap sebagai eksperimental, menggabungkan permainan alur cerita, teknik CGI canggih, Sampai sekarang bentuk teror lain dalam Sinema eksorsisme.
Saya mengapresiasi dengan baik usaha kreatif tersebut, apalagi mengingat alur utama terjadi dalam tiga hari persemayaman. Ingin tidak Ingin, Hyun Moon-sub sebagai sutradara Nanti akan memainkan alur cerita untuk menampilkan keseluruhan kisah.
Hyun Moon-sub Bahkan Pernah berusaha untuk memisahkan perbedaan Pada waktu itu dengan tone warna yang berbeda. Berbeda dengan Kemungkinan karena terlalu sering, sehingga kadang suka tak disadari atau membuat bingung bila lengah atau mengantuk.
Review Sinema Devils Stay (2024): Devils Stay Kemungkinan salah satu contoh nyata dari awal yang baik belum Pernah Pernah Jelas Nanti akan berakhir dengan baik. (Showbox Corp via IMDb)
|
Belum lagi konflik masa lalu seorang karakter yang ikut dimainkan dalam ruwetnya alur cerita utama bolak-balik tersebut. Ibarat jalanan, saya merasa seperti terjebak di tengah-tengah perempatan jalan dan dihadang arus kendaraan dari arah seberang. Riweuh.
Meski saya Pada akhirnya bisa selamat memahami riuhnya alur cerita Devils Stay, tetap saja pengalaman tersebut terasa cukup menguras pikiran. Bahkan saya merasa, kisah lain yang coba dijejalkan Hyun Moon-sub Pada dasarnya tidak terlalu relevan pada alur cerita utama. Dikenal sebagai, dibuang pun Pada dasarnya tak apa.
Hal itu karena konflik cerita dalam alur utama Pada dasarnya Pernah cukup kompleks. Ini tipikal Sinema Korea Selatan yang kerap beride Menyajikan latar cerita yang menjelimet dan bercabang, beda dari gaya Sinema mainstream Hollywood yang lebih sering kronologis dan sebab-akibat.
Meski begitu, saya Sangat dianjurkan akui upaya tim kreatif menghadirkan teror iblis dalam Sinema ini yang berbeda dari kebanyakan Sinema eksorsime sangat menarik. Mulai dari menggunakan ngengat, minim penampakan dan jumpscare, Sampai sekarang menyelipkan komedi dari karakter sampingan sungguh jadi sebuah camilan menyenangkan di Devils Stay.
Kemudian ada sinematografi dan efek visual yang Sangat dianjurkan saya acungi jempol dalam Sinema ini. Kadarnya memang tidak banyak dan tak berlebihan, tapi editing yang terbilang cukup halus dan komposisinya yang apik membuat visualnya terasa lebih berbobot.
|
Terlebih lagi, saya Sangat dianjurkan Menyajikan kredit untuk Park Shin-yang atas kerja kerasnya dalam Sinema ini. Aktor atau Aktris senior pemenang penghargaan tersebut tampak bagai berusaha sendiri dalam mengangkat Devils Stay yang pendam karena cerita.
Perannya sebagai ayah yang berada dalam ‘neraka’ selepas kematian anak kesayangannya sungguh sangat diresapi. Aktor atau Aktris teater itu tampil mulus memainkan berbagai jenis emosi seperti marah, sedih, kecewa, gusar, bingung, Sampai sekarang panik dalam waktu singkat.
Berbeda dengan sayangnya Park Shin-yang kerja sendirian dalam Sinema ini. Lee Min-ki yang menjadi lawan mainnya tak banyak Mendukung, selain lebih sering diam mematung dan pura-pura menahan sakit di lengannya.
Padahal, peran Lee Min-ki terbilang vital dalam Sinema ini, Didefinisikan sebagai sebagai pastur. Bila bisa dibandingkan dengan Sinema eksorsime ala Hollywood, Lee Min-ki semestinya sebagai pihak yang jumpalitan melawan iblis.
Karakter Lee Min-ki dalam Sinema ini bagi saya bukan menunjukkan ketenangan, lebih karena mati rasa. Entah karena memang setelannya seperti itu atau gambaran usaha Lee Min-ki, yang jelas aksinya bagi saya membosankan.
Sampai sekarang kemudian Devils Stay pun tiba di parade kredit, saya cuma bisa mengambil kesimpulan, ternyata gaya konvensional dalam mengisahkan cerita kesurupan tak buruk-buruk amat.
(end/end)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA