Jakarta, CNN Indonesia —
Brain Cipher, kelompok peretas yang mengaku menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, memberi secara cuma-cuma tautan yang diklaim berisi kunci dekripsi data-data yang kena ransomware sambil tetap mengeluarkan ancaman.
“Kami menunggu pihak kedua secara resmi mengonfirmasi bahwa kuncinya berfungsi dan data dipulihkan-hanya Seiring berjalannya waktu kami Berencana menghapus data secara permanen,” ungkap terduga peretas itu dalam unggahan berbahasa Inggris di forum gelap, seperti dilansir akun X perusahaan keamanan siber Singapura StealthMole, Rabu (3/7).
“Bila pihak kedua mengatakan bahwa mereka Pernah memulihkan datanya sendiri atau dengan bantuan pihak ketiga, kami Berencana mempublikasikan data tersebut (setidaknya kami tidak mengacau di sini),” lanjut keterangan itu.
Sistem PDNS 2 lumpuh sejak 20 Juni akibat serangan ransomware atau peretasan yang mengunci data-data di dalam sistem. Sebagian besar data di pusat data yang dipakai 282 institusi pemerintah pusat dan daerah itu pun terkunci dan tak bisa dipulihkan Sampai saat ini Di waktu ini.
Untuk membukanya, diperlukan pembuka enkripsi alias dekripsi. Pemerintah mengklaim pelaku meminta tebusan US$8 juta atau sekitar Rp131,8 miliar buat mendapat kuncinya. Berbeda dari, Kominfo mengaku tak Berencana membayar tebusan itu.
Brain Cipher pun mengunggah tautan (link) untuk mengunduh (download) dekripsi data yang kena ransomware yang disebutnya cuma berlaku buat PDNS 2.
Terlebih lagi, kelompok ini merunutkan Trik penggunaannya (Brain Cipher memakai frasa “how use” bukan “how to use”).
Dalam pernyataan selanjutnya, Brain Cipher menganggap pembicaraan ini menemui jalan buntu Bila pihak kedua tersebut (tak disebutkan siapa identitasnya) mengalihkan ke pihak lain.
“Kami menyimpulkan perundingan menemui jalan buntu ketika pihak kedua mengalihkan akses perundingan kepada pihak ketiga (artinya pihak kedua tidak Berencana ngomong apa-apa lagi).”
Terpisah, Ilmuwan keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya meminta pemerintah tidak tergoda tawaran Brain Cipher karena potensi penyusupan malware atau perangkat lunak jahat.
“Kalau Brain Cipher itu ngasihnya software-nya Bahkan, Ia berbaik hati bikinin, tapi kita udah curiga. Tapi Mungkin sekali aja Ia menyelipin [malware] Bahkan bisa, jadi kita mesti hati-hati,” ujar Ia, di Jakarta, Selasa (2/7).
Sampai saat ini pagi ini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika belum memberi konfirmasi soal tawaran Brain Cipher tersebut. Kominfo baru Berencana menggelar konferensi pers pukul 09.30 WIB.
Soal dugaan kebocoran data PDNS 2, Kepala BSSN Hinsa Siburian Bahkan mengaku belum bisa memastikan apakah peretas cuma mengunci data atau Bahkan mencuri data lewat serangan siber itu.
“Sampai Di waktu ini Bahkan secara teknis kita forensik Baru saja berjalan. Jadi pastinya itu tentunya belum bisa kita pastikan 100 persen tidak bocor. Karena proses forensik masih jalan,” kata Ia, dalam rapat kerja di Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (27/6).
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA