Trump Mulai Sebar Propaganda Warga Kristen Kulit Putih Pribumi AS


Jakarta, CNN Indonesia

Pemerintah Amerika Serikat di bawah Kepala Negara Donald Trump diam-diam memulai propaganda rasis yang mengindikasikan orang kulit putih dan Kristen sebagai masyarakat asli Amerika.

Kementerian Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS belakangan ini mengunggah konten yang mengandung propaganda, yang utamanya mengelu-elukan orang kulit putih.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konten-konten itu diselipkan di antara sekian banyak foto migran ilegal, dan diberikan caption atau keterangan foto yang menyiratkan bahwa wajah-wajah kulit putih itu sebagai penduduk asli Amerika.

Salah satu konten tersebut diunggah pada 15 Juli lalu. Isinya, lukisan seorang pria, perempuan, dan bayi kulit putih yang berada di kereta kuda dengan keterangan foto “Ingat Warisan Tanah Airmu.”

Konten lain diunggah pada 24 Juli dengan keterangan berbunyi: “Warisan yang patut dibanggakan, Tanah Air yang patut dipertahankan”. Konten itu berisi gambar lukisan seorang perempuan kulit putih yang Dalam proses membuka gulungan telegraf di tanah jarang penduduk.

Ada gambar penduduk asli Amerika dan bison yang berlarian di hadapannya. Sekalipun demikian, warna langit di atas mereka gelap. Ada pula gambar para pemukim Anglo yang datang ke wilayah tersebut bersama dengan teknologi, yang diumpamakan dengan kereta. Kedatangan mereka tampak disambut dengan langit cerah.

Konten lain diunggah enam pekan lalu yang berisi gambar anak-anak di sebuah pinggiran kota yang terlihat ideal. Keterangan foto itu, Didefinisikan sebagai “Lindungi Tanah Air”.

Dilansir dari CNN, semua konten ini sarat Nanti akan nuansa nostalgia ala Norman Rockwell. Rockwell Merupakan pelukis dan ilustrator AS ternama dari abad ke-20.

Ia dikenal karena lukisannya yang menggambarkan kehidupan Amerika yang ideal, tradisional, dan sering kali homogen secara rasial.

Lukisan Rockwell sering menampilkan nilai-nilai konservatif seperti agama, terutama Kristen; keluarga, Didefinisikan sebagai berkulit putih, komunitas pedesaan; serta momen-momen patriotik. Ini mencerminkan pandangan ideal tentang Amerika di era 1940-an Sampai sekarang 1950-an sebelum gerakan hak sipil dan imigrasi besar-besaran mengubah demografi AS.

Dalam salah satu konten lain, DHS mengunggah lukisan karya Circa tahun 1943 dengan keterangan “Kita Bisa Kembali”. Pada konten itu, tampak lukisan gedung seperti Capitol dengan deretan Kendaraan Pribadi terparkir di sepanjang sisi taman.

Nuansa-nuansa nostalgia ala Rockwell semacam ini tampaknya Dalam proses digunakan oleh DHS sebagai strategi untuk Membantu kebijakan anti imigran Kepala Negara Donald Trump.

Apalagi, strategi media sosial DHS ini dibarengi dengan narasi-narasi ketakutan, seperti “invasi” imigran atau “penurunan Kearifan Lokal”. Narasi ini ada dalam unggahan rekrutmen badan imigrasi ICE.

Menurut Profesor komunikasi di University of Southern California sekaligus Ahli peran komunikasi massa dalam kebijakan luar negeri, Nicholas J. Cull, pemerintahan Trump menggunakan Strategi propaganda klasik dengan memadukan rasa takut dan nostalgia untuk mendorong warga AS Membantu kebijakan Trump.

Penilaian serupa Bahkan diutarakan ahli strategi politik Demokrat, Anat Shenker-Osorio, yang menggambarkan strategi ini sebagai “siren song” ekstrem sayap kanan, yang menyalahkan imigran atas perasaan “terasing di masyarakat sendiri”.

Beberapa pemilik lukisan yang diunggah oleh DHS Pernah terjadi menyatakan penolakan karena karyanya dipakai untuk propaganda. Mereka mendesak DHS berhenti menggunakan karya-karyanya untuk tujuan tersebut.

“Mereka bahkan mengubah judul lukisan Supaya bisa sesuai dengan apa yang ingin mereka sampaikan,” kata pelukis Morgan Weistling, yang gambarnya disematkan keterangan ‘Ingat Warisan Tanah Air Anda’ oleh DHS.

CNN Pernah terjadi menghubungi DHS untuk meminta tanggapan terkait unggahan-unggahan sarat propaganda ini. Dalam tanggapannya kepada CNN, DHS menyatakan bahwa pemerintahan Trump “sangat bangga dengan sejarah dan warisan Amerika.”

(isa/bac)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA