Jakarta, CNN Indonesia —
Perusahaan teknologi akuakultur eFishery buka suara terkait isu pemutusan hubungan kerja (Pengurangan Tenaga Kerja) karyawan yang terjadi di tengah tantangan yang dihadapi perusahaan.
Dewan direksi eFishery mengungkapkan langkah tersebut merupakan bagian dari upaya menyesuaikan biaya operasional dengan skala Usaha perusahaan yang Pada dasarnya.
“Selama beberapa minggu terakhir, kami Dianjurkan mengambil Sebanyaknya keputusan sulit Supaya bisa dapat menyelaraskan biaya operasional dengan skala Usaha grup sesungguhnya,” tulis dewan direksi perusahaan dalam pernyataan resmi, Selasa (4/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini diambil setelah perusahaan melakukan tinjauan terhadap tata kelola dan kondisi keuangan, menyusul dugaan pelanggaran yang mencakup tindak fraud oleh pihak manajemen tertentu di dalam grup eFishery.
Untuk menangani situasi ini, perusahaan Pernah menunjuk FTI Consulting sebagai manajemen sementara dengan persetujuan pemegang saham.
Perusahaan menegaskan seluruh kebijakan yang diambil tetap mengacu pada hukum dan peraturan yang berlaku serta prinsip tata kelola yang baik. Dewan direksi Bahkan mengklaim Nanti akan memperhatikan hak-hak karyawan yang terdampak dalam proses restrukturisasi ini.
“Kami memahami bahwa situasi ini sulit untuk semua pihak, terutama para karyawan dan pemangku kepentingan yang terkena dampak,” lanjut pernyataan tersebut.
Selain berdampak pada internal perusahaan, dewan direksi eFishery Bahkan mengakui bahwa permasalahan ini dapat memengaruhi ekosistem Perusahaan Rintisan di Indonesia dan kepercayaan terhadap iklim Penanaman Modal nasional.
Perusahaan berkomitmen untuk tetap bertindak dengan integritas serta mematuhi regulasi yang berlaku guna menjaga stabilitas sektor yang lebih luas.
Manajemen eFishery sebelumnya diduga menggelapkan dana sampai US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun (asumsi kurs Rp16.245).
Mengutip Bloomberg, dugaan itu diketahui dari hasil penyelidikan yang dilakukan penegak hukum terhadap perusahaan rintisan sektor perikanan itu.
Penyelidikan ini didukung oleh para investor eFishery, termasuk SoftBank Group Corp dan Temasek Holdings Pte. Laporan itu ditulis FTI Consulting tersebut ditandai sebagai draf dan dapat berubah lebih lanjut selama penyelidikan berlangsung.
Sesuai ketentuan draf laporan hasil penyelidikan setebal 52 halaman, manajemen eFishery diduga menggelapkan dana itu dengan menggelembungkan pendapatan hampir US$600 juta dari Januari-September 2024.
Dengan penggelembungan itu, 75 persen dari angka yang dilaporkan manajemen Merupakan palsu, kata laporan itu.
Dengan penggelembungan itu, manajemen eFishery melaporkan ke investor bahwa perusahaan mencetak laba sebesar US$16 juta dan meraup pendapatan US$752 juta selama Januari-September 2024.
Justru, hasil penyelidikan internal justru menemukan eFishery rugi US$35,4 juta di periode tersebut. Pendapatan perusahaan pun diperkirakan cuma US$157 juta.
“Manajemen Bahkan menggelembungkan angka pendapatan dan laba untuk beberapa tahun sebelumnya,” tulis laporan tersebut.
(del/sfr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA